Kisah Anak-anak TKI dari Seberang : Yakin Bukan Mimpi Mencapai Cita Lulus Ujian
Nunukang,suaralidik.com – Saat seperti biasa, Mentari mulai menampak di singsing timur, mengejar datangnya Shubuh berkejaran menembus kegelapan. Anak-anak Tenaga Kerja Indonesia (TKI) mulai terbangun dari tidur yang terkadang membuat malas untuk bergamang (baca gerak) dari pulasnya.
Namun karena panggilan kewajiban, maka bangun satu persatu mereka dari pulasnya.
Sekitar 80 anak bersama-sama hidup dalam sebuah Asrama Sederhana yang berpadu satu irama merentas cita-cita di Bilik-bilik CLC (PKBM) bernama Al-Firdaus.
Seorang Anak yang dipercayakan menjadi pengatur Kelompok untuk Ibadah bagi anak-anak Muslim bergegas bangkit dan membangunkan ketua-ketua bilik dan petugas Mu’azin, Imam dan semua jama’ah.

Adalah Ardi Ramli berasal Kampung Kembara Sakti, Sahabat 40 tidak pernah absen ditiap waktu mengajak teman-temannya untuk sama-sama mendirikan Ibadah sesuai tugas yang diarahkan oleh Guru Pengarah Utamanya.
Begitu pula bagi anak-anak Non Muslim yang beragama Kristian, mereka bergabung dalam satu kelompok berjumlah 9 anak dengan diketuai oleh seorang anak bernama Melisabet dari Kampung Mangga Kalabakan.
Perpaduan Agama dan Budaya tampak jelas menjadikan mereka tetap satu irama dalam gerak cita-cita. Dari Budaya Suku ada yang berasal dari Suku Timor, Suku Bugis, Suku Bajau, Suku Tidung, Suku Jawa, Suku Sumatera.
Keberagaman suku yang ada dikarenakan mereka terlahir dari orang tua-orang tua yang pergi merantau ke Negeri Jiran Tetangga Malaysia, tepatnya di bumi Sabah. Perantauan Orang tua mereka yang bertahun-tahun bahkan berpuluh tahun berasal dari kebiasaan turun temurun keluarga yang mengakar hidup merantau ditanah ringgit, dengan pulang kembali membawa hasil bekal pembeli tanah, pembangunan Rumah atau modal usaha lanjutan mereka dikampung halaman bila dirasa sudah cukup hasil yang didapatkan diperantauan.
Anak-anak mereka yang banyak sebagian besar terlahir diperantauan Sabah dari berbagai kampung dan kemp-kemp di perkebunan kelapa Sawit ini yang saat ini sedang mengadu nasib untuk terus melanjutkan cita-cita harapan orang tua.
Dengan segala harap bahwa kelak, jika Bapak dan Ibu nya saat ini menjadi Buruh pekerja Ladang Kelapa Sawit, maka mereka kelak tidak lagi menjadi seperti bapak ibunya. Meski orang tua berasal dari Buruh tapi anak-anak kumpulan ini kelak akan melanjutkan cita-cita menjadi penerus yang handal dan tangguh pada masanya. (Cerita Bersambung- Berita Anak-anak TKI Perbatasan Sabah-Sebatik Al-Firdaus).***Bunda Maulini Zeda,BCHT