iklan banner pemrov sulsel
Banner PDAM Makassar
Banner dprd wajo

Andi Mattalatta, Pejuang Sempurna

waktu baca 2 menit

SUARALIDIK.COM – Saya bersyukur mendapatkan satu buku otobiografi tokoh asal Sulawesi Selatan, Mayjend TNI (Purn) Andi Mattalatta, Miniti Siri’ dan Harga Diri: Catatan dan Kenangan, Editor Maman Gantra, tebitan Khasanah Manusia Nusantara, Jakarta, 2003. Buku ini cukup tebal, xii dan 644.

Buku ini istimewa dan lengkap karena dituturkan dan ditulis oleh seorang purnawirawan yang berasal dari keturunan bangsawan, anak Raja Barru, dan memiliki bakat di beberapa cabang olahraga, dan mengoleksi berbagai foto kegiatan, keluarga, dan teman-temannya sejak kecil hingga pensiun. Buku ini saya dapatkan dari teman saya, M. Sabir Makkutana.

Andi Mattalatta mengaku dilahirkan di Barru, 1 September 1920, memperistri Sitti Aminah Hermien Mattalatta, dikaruniai enam putra-putri, dan salah satunya menjadi artis nasional yang beken tahun 1980-an, Andi Meriem Mattalatta.

Membuka lembaran buku ini, saya menemukan sejarah singkat kerajaan di Sulawesi Selatan, asal-muasal nama “andi,” beberapa sejarah tentang budaya, dan tokoh pejuang asal Sulawesi, dilengkapi foto-foto masa perjuangan kawan-kawan Andi Mattalatta seperti Kahar Muzakkar, Mualwi Saelan, Andi Jemma, Andi Sapada, dll.

Andi Mattalatta mengisahkan dirinya adalah anak dari pasangan almarhum Bapak Pawiseang Daeng Ngerang Arung Mangempang Petta Pandegara dan Ibu Majjajareng Daeng Kanang Petta Indo Datu Salonro; anak kelima dari delapan bersaudara, dan mendapat pendidikan Belanda di Barru dan Makassar.

Setelah menyelesaikan pendidikannya dari era penjajahan Belanda, Andi Mattalatta bergabung dengan para pejuang NKRI, mengikuti pendidikan ketentaraan, dari Tokubetsu Teisintai, Republik Indonesia, Chandradimuka, dan Seskoad Kursus C, sejak 1944 hingga 1962. Pangkat terakhir Andi Matalatta adalah Major Jenderal. Puluhan bintang jasa dan satya lencana telah didapat selama hidupnya, terlampir di halaman akhir bukunya.

Di Wikipedia, dikisahkan, Andi Mattalatta telah menunjukkan kehebatannya sejak 1932, ketika ia menyisihkan atlet-atlet keturunan Belanda dalam renang gaya dada, memperebutkan Piala Ratu Wilhelmina der Nederlanden van Oranje Nassau di Makassar. Pasa usia 15 tahun, Mattalatta menjadi petinju yang mengawali prestasi pada kelas bulu (55 kg) dengan meng-KO petinju Batavia, Kid Usman, kelas ringan (60 kg). Ia juga menjadi pelatih dibeberapa klub atlet karena kemahirannya dalam olahraga-olahraga tersebut.

Andi Mattalatta meninggal karena sakit di umur 84 tahun di kota Makassar, 16 Oktober 2004. Namanya begitu harum sebagai anak raja; altet berprestasi di bidang ski air, renang, dan tinju; dan pejuang setia untuk NKRI. Sebagai mantan olahragawan berprestasi, pecinta olahraga, dan pemrakarsa pembangunan di Stadion Mattoangin Makassar, namanya kemudian diabadikan, Stadion Andi Mattalatta.

Tanah Abang, 29 September 2019

M. Saleh Mude


Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *

perhapmi
perhapmi