iklan banner pemrov sulsel
Banner PDAM Makassar
Banner dprd wajo

Berkunjung Ke Kajang, Amma Toa Doakan Agus Arifin Nu’mang jadi Gubernur

waktu baca 2 menit
Kunjungan Agus Arifin Nu,mang ke Tanah Adat Ammato Kajang, Bulukumba, Sabtu (14/4/2018)

Pilgub Sulsel 2018,Suaralidik.com – Suku Kajang Ammatoa adalah suku yang tinggal di pedalaman Sulawesi Selatan, di Tana Toa, Kecamatan Kajang, Kabupaten Bulukumba, yang dipimpin oleh seorang yang disebut Amma Toa.

Baca JugaKampanye Dialogis di Bulukumba, Warga Sebut Program Agus-Tanribali Realistis

Amma Toa sendiri, mempunyai masa jabatan seumur hidup dan dipilih langsung oleh Turiek Akrakna (Tuhan Yang Maha Kuasa) melalui proses ritual tertentu.

Salamaki Antama Ri Lalang Embaya, Rambang Seppanna I Amma. (Selamat Datang di Kajang Dalam, Kawasan Adat Amma Toa), memasuki gerbang itu, Agus pun dikenakan passapu dan sarung hitam di sebuah rumah panggung sebelum bertemua Amma Toa, sebagaiman tradisi penduduk suku adat tersebut, yang mengenakan pakaian hitam-hitam.

Beruntung, Sabtu (14/4/2018), dalam lawatan kampanye dialogis calon Gubernur Sulawesi Selatan Nomor urut 2, Agus Arifin Nu’mang, bisa berkunjung dan bertemu langsung dengan Amma Toa ke-22, Puto Palasa di kediamannya.

“Semua pasangan calon baik, dan yang ini bagus,” kata Amma Toa dalam Bahasa Bugis Konjo, sekaligus mendoakan Agus terpilih sebagai Gubernur Sulsel, dan mengamininya.

Dari kediaman Amma Toa, Agus Arifin Nu’mang dengan mengenakan pakaian serba hitam khas daerah Kajang Dalam dan tanpa alas kaki, mengunjungi dan melihat sejumlah ibu-ibu yang tengah menenun di kolong rumah mereka.

Salah seorang ibu, bernama Hamu, juga menyampaikan masalah yang mereka hadapi kepada Agus Arifin Nu’mang. Dan berharap jika terpilih, bisa membantu persoalan tersebut. “Untuk bikin sarung tenun, kita butuh benang. Tapi bahan bakunya mulai kurang. ” akunya.

Menanggapi hal itu, Agus pun mengatakan, jika begitu harapannya, ia pun tidak akan mengecewakan warga. “Tentu akan ada binaan, agar ibu-ibu bisa lebih giat menenunya, dan tidak lagi hanya menghasilkan satu sarung dalam sepekan,” katanya.

Meski demikian, Agus juga tidak melupakan, bahwa adat dan budaya di Kajang Dalam tersebut, tetap perlu dilestarikan, termasuk kawasan hutan dan masyarakat adatnya. (**BCHT)


Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *

perhapmi
perhapmi