Kenali Apa Itu Rapid Test, PCR dan TCM Untuk Deteksi Corona
Pemerintah terus menambah jenis tes pemeriksaan virus corona COVID-19, sebelumnya ada Rapid Test, PCR dan saat ini rencananya akan ditambah dengan metode Tes Cepat Molekuler (TCM) untuk pasien covid-19.
Di bawah ini terdapat beberapa penjelasan dari istilah-istilah yang kerap digunakan dalam upaya-upaya percepatan penanganan covid-19 dalam dunia medis.
PCR (Polymerase Chain Reaction)

Sejak 16 Maret 2020, Lembaga Biologi Molekuler (LBM) Eijkman telah ditunjuk Kementerian Kesehatan (Kemenkes) untuk melakukan pengujian spesimen virus corona di Indonesia. Mereka bertugas melakukan tes PCR (Polymerase Chain Reaction) untuk mendeteksi materi genetik spesifik yang terdapat di dalam virus.
Dilansir dari situs The Guardian, metode PCR dapat menemukan partikel virus pada tubuh setiap individu dan menempatkan urutan gen Coronavirus tertentu.
Metode PCR dilakukan oleh para petugas kesehatan dengan menyeka bagian hidung atau belakang tenggorokan.
Hal ini sebagai upaya untuk mengambil sampel air liur, atau mengumpulkan sampel cairan dari saluran pernapasan bawah.
Pemeriksaan PCR membutuhkan waktu lebih lama untuk mendapatkan hasil karena hanya dapat dilakukan di laboratorium yang sudah ditunjuk pemerintah.
Kelebihan Mesin alat tes PCR Diantaranya :
Dengan PCR ini kita bisa ikuti perkembangan reaksinya dan juga sekaligus bisa memperlihatkan berapa banyak sebetulnya partikel virus yang ada di sampel tersebut
Mesin PCR terdiri dari 2 Jenis ;
- Mesin PCR yang bersifat open system. Artinya, penggunaannya bisa untuk mendeteksi berbagai reaksi dan
- Mesin PCR yang sudah fix. Artinya kita tinggal masukkan sampel saja ke situ kemudian semua proses akan dilakukan oleh mesin. Sampel dimasukkan dalam cartridge kemudian dimasukkan ke dalam mesin itu lalu mereka akan proses semuanya,” paparnya.
Baca Juga : Alat Tes Kilat Corona Kini Juga Tersedia di RS Siloam Makassar
Rapid Test
Ratusan ribu alat rapid test corona sudah masuk Indonesia. Alat ini digunakan sebagai sarana deteksi awal infeksi virus corona yang semakin meluas. Tes ini berbeda dari pemeriksaan swab tenggorokan dan hidung yang selama ini digunakan untuk menentukan diagnosis COVID-19. Apa bedanya?

Pemeriksaan rapid test yang ada di Indonesia, dilakukan menggunakan sampel darah. Sedangkan pemeriksaan swab menggunakan sampel lendir yang diambil dari dalam hidung maupun tenggorokan.
Menurut penjelasan situs aladokter.com, rapid test adalah metode skrining awal untuk mendeteksi antibodi, yaitu IgM dan IgG, yang diproduksi oleh tubuh untuk melawan virus Corona. Antibodi ini akan dibentuk oleh tubuh bila ada paparan virus Corona.
Dengan kata lain, bila antibodi ini terdeteksi di dalam tubuh seseorang, artinya tubuh orang tersebut pernah terpapar atau dimasuki oleh virus Corona. Namun perlu Anda ketahui, pembentukan antibodi ini memerlukan waktu, bahkan bisa sampai beberapa minggu.
Jadi, rapid test di sini hanyalah sebagai pemeriksaan skrining atau pemeriksaan penyaring, bukan pemeriksaan untuk mendiagnosa infeksi virus Corona atau COVID-19.
Tes yang dapat memastikan apakah seseorang positif terinfeksi virus Corona sejauh ini hanyalah pemeriksaan polymerase chain reaction (PCR). Pemeriksaan ini bisa mendeteksi langsung keberadaan virus Corona, bukan melalui ada tidaknya antibodi terhadap virus ini.
Jika metode PCR dilakukan dengan mengambil lendir pada tubuh seseorang, berbeda dengan rapid test yang menggunakan sampel darah untuk menguji apakah seseorang positif COVID-19.
Rapid test bekerja dengan mendeteksi immunoglobulin. Dalam hal ini, seseorang yang terinfeksi akan membentuk antibodi yang disebut immunoglobulin, yang bisa dideteksi di darah.
Hasil rapid test dapat keluar hanya dalam waktu 15-20 menit dan bisa dilakukan dimana saja.
Namun, kelemahan rapid test adalah bisa menghasilkan ‘false negative’ yakni ketika hasil tes tampak negatif meski sebenarnya positif. Ini terjadi jika rapid test dilakukan kurang dari 7 hari setelah terinfeksi.
Seperti diketahui, rapid test merupakan alat test mandiri yang dikembangkan oleh pengusaha asal Indonesia.
Alat rapid test Sensing Self diketahui telah mendapatkan lisensi edar dari tiga pasar penting di dunia, yaitu Eropa (mendapatkan sertifikasi CE), India (disetujui oleh National Institute of Virology dan Indian Council of Medical Research). Serta Amerika Serikat (FDA) namun dengan syarat bahwa penggunaannya harus dilakukan di lembaga medis formal.
TCM (Tes Cepat Molekuler)

Jenis tes ini biasa digunakan untuk pasien penyakit tuberkolosis (TB). Dengan metode TCM, pemeriksaan akan menggunakan antigen.
Alat tes cepat molekuler (TCM) TBC, yang bakal digunakan untuk mendeteksi orang dengan virus corona, bekerja dengan pendekatan reaksi rantai polimerase (PCR).
Karena berbasis molekuler, dunia kesehatan internasional mengakui hasil uji alat ini akurat.
Lebih lanjut, pemeriksaan pada TCM dilakukan dengan menggunakan dahak dengan amplifikasi asam nukleat berbasis cartridge. Tes ini akan mengidentifikasi RNA pada virus corona pada mesin yang menggunakan cartridge khusus yang bisa mendeteksi virus corona.
Hasil tes TCM ini dapat diketahui dalam waktu kurang dari dua jam, untuk menentukan pasien positif maupun negatif.
Metode TCM ini mulai digunakan sesuai usulan dari pemerintah melalui juru bicara pemerintah untuk penanganan virus corona Achmad Yurianto. Hal tersebut disampaikannya pada Selasa (1/4/20) lalu.
Saat ini mesin pemeriksaan tes TCM ini sudah tersedia di 132 rumah sakit dan beberapa puskesmas.
Nantinya tes pemeriksaan ini tidak perlu melakukan pemeriksaan spesimen ke laboratorium seperti PCR.(*)