iklan banner pemrov sulsel
Banner PDAM Makassar
Banner dprd wajo

Disegel Tapi Tak Kunjung Ada Solusi, Kini SLB di Bulukumba Dijadikan Kebun Oleh Warga

waktu baca 2 menit

BULUKUMBA, Suaralidik.com – Setelah sempat disegel berbulan-bulan lamanya, dan tak kunjung menemukan titik terang, kini Sekolah Luar Biasa (SLB) di Kabupaten Bulukumba, Sulawesi Selatan diubah menjadi kebun oleh warga yang menggugat. Kamis (6/7).

Dengan menanam pohon pisang di setiap bangunan yang bersengketa, warga melakuan aksi protes sebagai bentuk kekecewaan terhadap pihak sekolah berkebutuhan khusus ini.

Djunaedi Latif salah seorang ahli waris mengungkapkan, penyegelan dilakukan karena keluarga tidak puas pada proses hukum yang sedang berjalan, padahal menurutnya ia memiliki bukti secara tertulis dari Badan Pertanahan Nasional (BPN) Bulukumba berdasarkan penelitian data administrasi dan peninjauan lapangan, berupa bukti hasil pengukuran tahun 2007, Sertifikat hak milik, dan surat hasil ukur penunjukan batas.

“Sejak Maret 2016 sampai saat ini tak ada kejelasan, jadi kita tanami pohon pisang saja,” ungkapnya.

Selain itu, Djunaedi mengatakan, telah menemukan beberapa bukti pelanggaran yang dilakukan pihak sekolah yang menuding bekerjasama dengan pihak pertanahan Bulukumba dengan melakukan rekayasa data berupa salinan surat ukur yang bukan pada objek SLB, melainkan objek lahannya yang diukur.

“Berbagai bukti yang kami temukan, itu diakui Pertanahan,” ungkapnya.

Mirisnya, baik pihak sekolah naungan Dinas Pendidikan Provinsi Sulawesi Selatan ini, seta Pemerintah setempat seolah bungkam melihat kondisi tersebut yang tak kunjung menemukan solusi.

“Mudah-mudahan dengan menanam pisang ini segera ada tindak lanjut. Dan, saya sangat memehon kepada bapak kapolres Bulukumba agar segera menindak lanjuti laporan polisi terkait pemalsuan dokumen yang sejak maret 2016 kami laporkan,” tandas Djunaedi.

Seperti diketahui, sengketa lahan Sekolah yang terletak di Jl Teratai Bulukumba ini mulai bergulir pada tahun 2016 lalu, dimana ahli waris tidak terima dengan pihak sekolah yang menjadikan lahan mereka sebagai objek ukur untuk pencairan anggaran bantuan sekolah.

Sementara itu, kini baik guru dan puluhan murid sekolah tersebut hanya bisa pasrah melihat kondisi tempat mereka mengajar dan menimbah ilmu. Mereka berharapm semoga kasus tersebut segera selesai agar bisa kembali melanjutkan aktivitas mereka. (RED 4)


Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *

perhapmi
perhapmi